Friday, January 26, 2007

Blog Murni Ramli: Apakah Anda Cinta Indonesia?

Jika ada yang bertanya, seberapa besar cinta anda pada Indonesia, maka Murni Ramli punya jawabannya. Mantan guru sebuah sekolah swasta di Bogor yang sekarang sedang menempuh pendidikan doktor di Jepang ini, menganggap bahwa dirinya menjadi warga negara Indonesia karena suatu kebetulan.


Kebetulan yang dimaksud tentu saja karena dirinya terlanjur dilahirkan di Indonesia. Akan lain cerita jika dia dilahirkan di Jepang, atau negara lain. Maka sudah barang tentu ia akan menjadi warga negara tersebut.

Lantas bagaimana jika Murni diminta memilih. Dia lebih memilih menjadi warga Indonesia atau Jepang?

“Ehmm.... pilihannya cuma dua neh. La wong ga isok milih tempat mbrujul yang aman deh…” jawabnya ketika saya wawancarai via google talk.

Suatu kali dalam blognya di http://murniramli.wordpress.com, Murni mengajukan pertanyaan: Apakah Saya Cinta Indonesia? Ia membeberkan pernak-pernik Jepang dari hasil pengamatannya selama dua tahun lebih tinggal di negeri matahari terbit itu. Mulai dari masyarakat Jepang yang dingin ketika di kereta, tidak mudah menyapa seperti orang Indonesia; sarana transportasi yang supercanggih; dan satu lagi yang membuat Murni kagum, sistem pendidikannya.

“Fasilitas seluruh negeri hampir seragam dan sangat elit, sistem belajar di PT ga segila di Indonesia (IPB apalagi), di sini lebih nyantai, dan bisa part time job,” balasnya.

Sistem pembelajaran di Jepang diceritakan lebih santai. Anak-anak sekolah bisa belajar dengan lebih menyenangkan, tanpa harus dibebani pekerjaan rumah yang berjibun, bahkan tidak perlu memakai seragam. Tapi kenapa hasilnya bisa maksimal?

Dalam posting yang diberi judul Mengapa Anak Indonesia Lebih Gampang Beradaptasi di Sekolah Jepang?, Murni memberikan analisanya. Salah satu perbedaan dengan sekolah di Indonesia, yakni ketika siswa hendak masuk sekolah. Di Jepang orang tua siswa tidak ditanyai soal biaya uang gedung, SPP, maupun uang seragam. Pertanyaan yang diajukan lebih difokuskan pada masalah kondisi psikologis sang anak.

Dalam hati kecil, Murni mengakui dalam beberapa hal Jepang lebih baik dari Indonesia. Namun ketika ada seorang temannya di Jepang memberikan penilaian yang kurang baik tentang Indonesia, ia akan bersikeras membelanya.

Seperti ketika manajer dia menanyakan soal hilangnya pesawat Adam Air. Murni malah berkelit dengan mengatakan ”Kami punya perusahaan penerbangan yang memproduksi pesawat ringan untuk menerbangkan orang Indonesia dari pulau ke pulau. Kami juga mengekspornya! Padahal ini benar-benar tidak nyambung dengan pertanyaannya !”

Kenapa ia rela membela Indonesia, seolah-olah tak rela nama negerinya itu dicela oleh warga negera lain. Apakah ini karena kecintaannya pada Indonesia?

“Ini mah respon normal semua orang lagi. Tapi saya kadang mengiyakan pendapat mereka juga, cuman belakangnya pasti saya kasih `tapi...mengkritik itu boleh, cuma harus adil’,” jawab Murni.

Itulah Murni. Seorang blogger Indonesia keturunan bugis tulen yang mempertaruhkan rasa nasionalismenya ketika berada di negera lain yang diam-diam dia kagumi. Lama berpisah dengan keluarganya yang sekarang tinggal di Madiun, Jawa Timur, sering membuatnya kangen. Ia rindu akan kampung halamannya dengan sawah yang hijau, penduduk yang ramah, tanah lapang yang luas, yang baginya tak akan ditemukan di belahan bumi manapun.

Saat ini Murni tengah menempuh studi phd di Nagoya University atas biaya sendiri, tak seperti waktu dia mengikuti Teacher Training yang disponsori oleh Kementrian Pendidikan Jepang. Oleh karena itu, untuk memenuhi kebutuhan, Murni bekerja paroh waktu sambil kuliah.

Di Nagoya University Murni belajar tentang pengelolaan sekolah dan pendidikan (educational management). Berbeda dari yang ampunya sewaktu mengajar ilmu pertanian di Politeknik Darul Fallah dan ngajar Bhs Inggris plus Bahasa Arab di MA Al-Haitsam Bogor. Maklum, ia adalah alumni Institute Pertanian Bogor (IPB).

Murni tinggal di Nagoya, ibukota Aichi prefecture, provinsi terkaya di Jepang karena di wilayah ini ada perusahaan otomotif raksasa Toyota co. Jika tak ada aral melintang, studi doktoralnya di Nagoya University akan selesai pada Maret 2009.

Apa rencana Murni setelah pulang ke Indonesia?

“Tadinya mau balik ke sekolah yangg lama. Tapi kemudian berubah pikiran. Saya suka sekali dengan dunia penelitian sejak saya S1. Waktu itu temanya memang pertanian, sekarang agak bergeser ke pendidikan. Jadi saya berencana melamar di sebuah lembaga penelitian atau jadi dosen supaya bisa terus meneliti,” ungkapnya.

Dari pengakuanya, calon doktor ini ternyata masih single. Kapan ia akan mengakhiri masa lajangnya, apakah dengan orang Jepang atau justru dengan warga senegaranya? Silakan tanyakan langsung kepada bu Murni.****

*Tulisan ini dimuat di rubrik blog suaramerdeka.com.

Anda punya blog menarik? Atau bisa juga mengusulkan blog teman anda. Kirim alamat blog, nama pemilik, dan deskripsi singkat blog ke alamat email bloggernarsis@yahoo.com. Anda juga bisa berdiskusi lebih lanjut seputar dunia blog di milis Bloggernarsis@yahoogroups.com. Info selengkapnya di blog.suaramerdeka.com

Wednesday, January 10, 2007

Blog Andreas Harsono: Nikah a la Indopahit

Ada yang unik di pernikahan Andreas Harsono di awal tahun 2007 ini. Blogger cum jurnalis senior yang pernah menerima beasiswa dari Universitas Harvard ini, merayakan pernikahannya dengan menerbitkan majalah Indopahit edisi pernikahan. "Indopahit" merupakan plesetan dari "Indonesia yang Pahit" atau "Indonesia Keturunan Majapahit".


Majalah berukuran 14.5 x 21 cm ini dikerjakan oleh beberapa rekan Andreas. Mulai dari naskah sampai desain. Mereka adalah para kolega di Pantau dan beberapa rekan dekat Andreas. Antara lain Linda Christanty, Indarwati Aminuddin, Esti Wahyuni, Coen Husain Pontoh. Mereka menulis tentang hubungan Andreas dan Sapariah, mempelai perempuan; dan juga masing-masing keluarga. Selain itu ada juga esai foto yang dikerjakan oleh Mohamad Iqbal dan puisi-puisi oleh Hasan Aspahani.


Indopahit dicetak 500 eksemplar, dibagikan kepada segenap undangan di Pontianak maupun Jakarta. Desainnya dikerjakan oleh Vera Rosana dari rumah desain H2O, sedang foto dikerjakan oleh Mohamad Iqbal.

Tomy Satriyatomo adalah salah satu yang menerima undangan ke pernikahan Andreas-Sapariah. Dalam blognya ia menulis, undangan itu unik dan tak ada duanya. Berbentuk buku tebal, berisi artikel-artikel yang dikerjakan secara serius. Gaya penulisannya mengingatkannya pada majalah Pantau yang khas dengan Jurnalisme Sastrawi. Perfect!, kata Tomy.

Buku yang diterima Tomy itu merupakan undangan ke resepsi pernikahan Andreas-Sapariah tanggal 21 Januari mendatang. Pesta pernikahan sebelumnya telah lebih dulu digelar di kediaman keluarga Sapariah di Pontianak pada Sabtu, 6 Januari 2006.

Dalam artikel berjudul "Mengapa Kami Menikah" yang ditulis oleh Andreas dan Sapariah, diceritakan dari awal mula kedua mempelai bertemu sampai dengan ketertarikan masing-masing. Singkat kata, keduanya merasa cocok.

"Cerita cinta yang sangat mengharukan. Ucapan selamat kepada Sapariah dan Andreas dari Sock Foon dan saya -- secara virtual," komentar John Macdougall dalam artikel itu.

Sementara dalam artikel lain berjudul "Sebentuk Cinta yang Tak Tergantikan" yang ditulis oleh Linda Christanty, dikisahkan hubungan Andreas dengan anaknya yang bernama Norman. Norman adalah anak Andreas dari hasil pernikahanya yang pertama. Dari cerita Linda, diketahui betapa Andreas sosok ayah yang begitu menyayangi anak. Sampai suatu kali ia cemas ketika Norman mulai berbohong.

Saya pribadi mengenal Andreas dan Norman. Dari beberapa kali pertemuan singkat dengan keduanya, Andreas memang sosok ayah yang penyayang, sementara Norman yang biasa menggunakan bahasa Inggris itu, anak yang cerdas. Andreas bilang, pola pikir Norman seperti anak Amerika. Suatu malam dalam SMS yang saya terima, Andreas mengatakan dirinya tengah cemas karena Norman sakit flu berat.

Begitu sayangnya kepada anak, pernikahan keduanya dengan gadis keturunan Madura itu atas pertimbangan anak semata wayangnya. "Saya melibatkan Norman dalam proses pengambilan keputusan memilih Sapariah, walau saya yang memutuskannya. Norman menganggap Sapariah temannya. Kalau kebetulan Sapariah lama tak muncul, dia tanya kenapa Sapariah tak datang?," tulisnya dalam artikel "Kenapa Kami Menikah".

Selain dua cerita di atas, masih ada "Cerita Mak Isah" oleh Muhlis Suhaeri, "Hoakiao dari Jember" oleh Andreas Harsono, "Keriangan, Keragaman" oleh Coen Husain Pontoh, "Jomblo, Jomblo, Bahagia" oleh Aseanty Widaningsih Pahlevi, "Surat dari Ende" oleh Esti Wahyuni, "Pernikahan" oleh Indarwati Aminuddin.

Dalam "Hokaio dari Jember" diceritakan secara detail sosok kecil bernama Ong Tjie Liang tinggal di Jember. Kelak, nama Liang oleh sengkek (ayah) diganti dengan nama Jawa. Andreas Harsono, inilah nama baru Liang. Keputusan ini diambil akibat pemerintah Orde Baru yang diskriminatif terhadap warga keturunan.

Yang menarik, dalam tulisan itu Andreas menceritakan dirinya sendiri dengan menggunakan sudut pandang orang ketiga. Andreas seperti tengah menceritakan sosok lain. Pembaca juga baru diberitahu jika "Ong Tjie Liang" tokoh yang diceritakan dari awal itu tak lain adalah Andreas, si penulis sendiri.

Dalam beberapa kali kesempatan, Andreas mengkritik konsep nasionalisme yang ditanamkan oleh para pendahulu bangsa Indonesia. Akibat kesalahpahaman nasionalisme ini, "pembersihan etnis" (ethnic cleansing) terjadi di beberapa wilayah di Indonesia. Yang lebih memprihatinkan, tindakan itu dilakukan oleh pemerintah yang seharusnya mengayomi warganya.

Beberapa tahun belakangan ini Andreas melakukan kunjungan ke beberapa daerah di Indonesia. Ia melakukan riset untuk bukunya tentang nasionalisme. Tahun 2007 ini Andreas berharap bukunya yang akan diberi judul "From Sabang to Merauke: Debunking the Myth of Indonesian Nationalism" bisa diterbitkan.

"Sapariah dan saya mohon doa restu dari Anda semua. Kami sadar bahwa mengarungi laut kehidupan dalam satu bahtera rumah tangga bukan sesuatu yang mudah. Ia bukan saja menuntut kesetiaan, pekerjaan mencintai namun juga banyak hal lain, dari masalah prinsip hingga remeh temeh. Kami ingin pernikahan ini langgeng hingga maut memisahkan kami," tulis Andreas.

Selamat menempuh hidup baru. Semoga apa yang diinginkan mempelai berdua terkabul. Amien.

*Tulisan ini dipublikasikan di rubrik blog suaramerdeka.com


++++
Bloggernarsis@yahoogroups.com adalah forum diskusi blogger Jawa Tengah yang dibentuk oleh tim kreatif suaramerdeka.com. Kami mengundang anda bergabung, berdiskusi seputar blogger di Jawa Tengah secara khusus, dan dunia blog secara umum. Selain itu kami juga melayani untuk pelatihan blog dasar dan lanjut. Kunjungi blog.suaramerdeka.com

Ingin blog anda dikunjungi, isi formulir ini:

Name
E-mail
Subject
Message